1. Home
  2. sosial
  3. Semangat Berbagi Duo Kartini di Sekolah Darurat

Semangat Berbagi Duo Kartini di Sekolah Darurat

0
0

Indotnesia, JAKARTA Sekolah Darurat Kartini atau dulunya bernama Sekolah Keterampilan Wanita Kartini, telah berdiri sejak 1990 dan berhasil mencerahkan pendidikan puluhan ribu kaum marginal di Jakarta. 

Didirikan oleh kembar bersaudara, Sri Rossyati (Rossy) dan Sri Irianingsih (Rian), sekolah ini memberikan pendidikan gratis bagi anak-anak kurang mampu mulai dari PAUD hingga SMA.

Sebelum ditetapkan berpusat di kawasan Lodan, Jakarta Utara, Sekolah Darurat Kartini pernah digusur sebanyak lima kali oleh Pemprov DKI Jakarta. 

Meski harus sering berpindah, hal tersebut tak menyurutkan semangat Rossy dan Rian dalam berbagi ilmu.

“Ya kita sebetulnya capek usung-usung. Tapi, semangat kita karena bersama anak-anak dan merasa bahwa keberadaan kita masih dibutuhkan dengan mereka, kita sih senang karena anak-anak juga semangat. Semangat untuk bersekolah, semangat untuk hidup layak tentunya,” ujar Rian.

Melihat antusiasme anak-anak terhadap Sekolah Darurat Kartini, membuat dua ibu kembar ini tak pernah lelah untuk berbagi. Bahkan, mereka memenuhi kebutuhan alat tulis, sepatu, hingga makan anak didiknya dengan kantong pribadi masing-masing.

Rossy dan Rian memiliki harapan besar kepada anak didiknya agar dapat hidup lebih layak. Sehingga, mereka pun menerapkan pola pendidikan karakter yang menjadi ciri khas Sekolah Darurat Kartini.

“Jadi, kita mendapatkan karakter itu nomor satu. Menekankan pendidikan karakter, mulai dari budi pekerti, agama, sopan santun, moral, kejujuran, dan cinta tanah air,” katanya.

Sekolah Darurat Kartini: Berawal dari Petuah 

Ketertarikan duo ibu guru kembar terhadap pendidikan kaum marginal tak lepas dari peran sang Ayah. Setiap hari Jumat, Ayah mereka kerap mengajak duo kartini kecil ini membagi-bagikan beras pada warga miskin pinggiran rel kereta.

Setiap kali melewati kampung kumuh di pinggiran rel kereta, ayah mereka selalu berpesan kepada Rossy dan Rian kecil tentang tugas untuk mensejahterakan warga miskin pinggir kota.

Seiring bertambahnya usia, mereka pun menyadari makna pesan tersebut. Terutama, ketika mereka masih melihat banyaknya kemiskinan yang menjadi jurang kesenjangan hidup antar manusia.

Masih besarnya kesenjangan hidup menjadi latar belakang berdirinya Sekolah Darurat Kartini. Keduanya ingin membantu warga miskin pinggir kota agar mampu memenuhi kebutuhan hidup melalui peningkatan pendidikan.

Seperti kata Nelson Mandela, pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Seperti itu pula duo Kartini ini ingin meningkatkan derajat hidup anak didiknya melalui pendidikan.

Pengabdian Tanpa Batas Ibu Guru Kembar

Setelah 30 tahun sekolah gratis ini eksis, nyatanya tak menyurutkan semangat duo Ibu guru kembar ini dalam berbagi. Semangat itu bahkan diturunkan juga kepada anak cucu mereka yang turut berkontribusi dalam mengentaskan kemiskinan.

Menurut Rossy, meski usia mereka tak lagi muda, yaitu menginjak 70 tahun, Sekolah Darurat Kartini tetap ada selama masih banyak anak warga miskin yang membutuhkan. Senada dengan Rossy, saudara kembarnya pun menegaskan bahwa perjuangan mereka belum selesai.

“Pengabdian kita pada bangsa ini belum selesai, karena masih banyak anak-anak yang buta aksara, tidak bersekolah, putus sekolah, dan tidak punya keterampilan,” ungkap Rian.

Sekolah Darurat Kartini berdiri atas dasar kemanusiaan, menjadi jembatan bagi mereka yang minim akses terhadap pendidikan. Sehingga, perjuangannya harus terus didukung agar semakin berkembang, agar tak ada lagi kesenjangan dalam pendidikan.

Asy Syaffa Nada biasa dipanggil Syafa. Selain suka menulis, dia juga hobi gambar yang lucu-lucu. Kalau mau kenalan atau lihat koleksi gambarnya bisa cek @dudelthings