1. Home
  2. fakta
  3. unik
  4. Sate Klatak, Sajian Kuliner dari Selatan Kota Jogja

Sate Klatak, Sajian Kuliner dari Selatan Kota Jogja

0
0

Indotnesia.com, YOGYAKARTA – Kuliner nusantara dikenal beragam karena cita rasanya yang berbeda-beda hampir di setiap daerah. Seperti olahan sate yang memiliki berbagai macam variasi, mulai dari sate ayam, sate kambing, sate padang, sate buntel, sate klatak hingga sate lilit khas Bali.

Jika sate ayam termasuk olahan sate yang paling mudah ditemukan, maka berbeda dengan sate klatak. Sajian kuliner tersebut populer dikenal sebagai salah satu kuliner unik di Yogyakarta.

Sate klatak pertama kali muncul di Pasar Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta. Berdasarkan sejarah, di dalam pasar tersebut, terdapat sejumlah penjual sate klatak hingga kemudian berkembang di wilayah sekitarnya, terutama di Jalan Imogiri Timur.

Jika dirunut dari sejarah, sate klatak muncul sekitar tahun 1940-an. Hal tersebut tak lepas dari banyaknya warga yang memelihara kambing.

Menjadi salah satu ikon kuliner Yogyakarta, popularitas sate klatak semakin meningkat. Terutama setelah masuk dalam adegan film Ada Apa dengan Cinta season 2. Maka, tak heran bila keberadaan penjual sate klatak berkembang.

Terdapat sekitar 20 warung sate klatak yang berjejer di daerah Jalan Imogiri Timur. Mulai dari warung sate Pak Pong, Pak Bari, Bu Jazim, Mak Adi, dan lain sebagainya. Sate klatak Pak Pong dan Pak Bari termasuk paling populer karena telah banyak di ulas hingga masuk televisi.

Meski begitu, bukan berarti sate klatak di warung lain kurang enak, ya. Karena setiap orang mempunyai langganannya masing-masing. 

Sejarah Nama Sate Klatak

Sate klatak adalah sate daging kambing muda yang diberi bumbu garam dan sedikit merica. Tak jarang, penyajiannya ditemani oleh kuah gulai. Meski bumbunya terkesan “minimalis”, sajian kuliner satu ini tetap memiliki cita rasa khas yang membuat siapa saja ketagihan. 

Untuk nama klatak pada sate ini, bermula dari ketidaksengajaan. Dijelaskan oleh Uus, Manajer Operasional Sate Klatak Pak Pong, nama klatak berasal dari suara garam yang melekat pada daging sate ketika dibakar.

“Jadi, sejak dulu kan sate ini hanya dibakar dengan bumbu garam. Jadi, begitu ada daging terus dikasih garam, begitu dibakar ada bunyi klatak.. klatak.. klatak.. begitu. Ga tau juga kalau bakal booming seperti ini,” ungkapnya.

Cita rasa sate klatak pun tak lepas dari media pembakarannya. Menggunakan jeruji besi, pembakaran daging kambing meresap hingga ke dalam sampai menghasilkan daging empuk dan rasa gurih yang berbeda dari sate daging kambing biasa.

Harga sate klatak dibanderol sekitar Rp24.000 per satu porsi dengan dua tusuk sate belum termasuk nasi, ya. Tentunya, porsi sate klatak ini memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan sate kambing biasa. 

Meski nikmatnya sate klatak tiada tandingan, tetap kontrol porsi makan agar tidak berlebihan, ya. Hati-hati dengan kolesterol. Selamat mencoba!

Asy Syaffa Nada biasa dipanggil Syafa. Selain suka menulis, dia juga hobi gambar yang lucu-lucu. Kalau mau kenalan atau lihat koleksi gambarnya bisa cek @dudelthings