1. Home
  2. tokoh
  3. Sang Penjaga Hidup Wayang Golek Betawi

Sang Penjaga Hidup Wayang Golek Betawi

0
0
Rizky Purbaya tak mau wayang golek Betawi punah begitu saja. Dia ingin agar kerja keras sang ayah, dalang wayang golek Betawi Tizar Purbaya, tidak pudar ditelan waktu.

Indotnesia.com, JAKARTA Wayang golek Betawi diciptakan oleh Tizar Purbaya. Sejak kecil, ia memiliki minat yang besar terhadap wayang. Setiap kali ada pertunjukan wayang di Jakarta, ia selalu datang dan menjadi asisten dalang untuk mengambil karakter apa yang akan dimainkan. 

Bahkan ketika berguru pada dalang senior, ia tanpa ragu menyelenggarakan pentas di pekan wayang kedua Taman Ismail Marzuki. Pada 1974, Tizar masih termasuk dalang muda, tetapi ia berani menggebrak pertunjukkan wayang dengan memakai Bahasa Indonesia.

Kontroversi pertunjukan tersebut membuatnya menjadi dalang yang diperhitungkan. Pria kelahiran 1950 itu juga memiliki ribuan wayang yang dikoleksinya sejak 1970-an. Jiwanya seperti telah menyatu dengan wayang.

Sekelumit cerita di atas merupakan ingatan masa lalu Ricky Purbaya tentang ayahnya. Seakan seperti buah jatuh tak jauh dari pohonnya, masa muda anak kedua Tizar itu pun dilingkupi dengan berbagai pertunjukan kolaborasi wayang golek Betawi bersama sang ayah.

Sepeninggal ayahnya, Ricky melanjutkan karir sebagai dalang, menjadi penerus bagi kelestarian kesenian wayang golek betawi. Ia tak ingin kerja keras Tizar Purbaya punah begitu saja.

Sejarah Wayang Golek Betawi

Wayang golek Betawi tercipta bukan tanpa kesengajaan. Sekitar 1990-an, keluarga Ricky mendapatkan pesanan potret muka orang menjadi wayang dari warga negara asing. Namun, akibat kerusuhan 1998, mereka ketakutan dan pulang ke negara masing-masing, sebelum sempat mengambil pesanan wayangnya.

Pesanan wayang berwajah potret orang asing itu lalu hanya menumpuk di sudut rumah. Tizar Purbaya pun mencetuskan ide untuk mengubah penampilan wayang bule tersebut dengan dandanan ala kompeni. Akhirnya, wayang golek Betawi diciptakan pada 2001, ditambah dengan beberapa karakter wayang yang ada di legenda Betawi, seperti Si Pitung dan Si Jampang.

Keunikan Wayang Golek Betawi

Jika wayang golek pada umumnya menggunakan bahasa Sunda dan jalan ceritanya serupa dengan wayang kulit, wayang golek Betawi memiliki ciri khasnya tersendiri.

Keunikan wayang golek Betawi berada pada cara bermainnya. Kesenian wayang ini menggunakan gaya lenong. Penokohan wayang disesuaikan dengan cerita Betawi, begitu pula dengan bahasa yang digunakan juga bahasa Betawi. Ciri khas lainnya, yaitu menggunakan gamelan gambang kromong.

Pakem dan jalan cerita wayang golek Betawi tidak terpaku pada cerita seperti Ramayana atau Mahabarata. Dalam cerita wayang ala Betawi ini, ada pula tambahan properti seperti rumah-rumahan, adegan rumah dibakar maupun tembak-tembakan. 

Dengan begitu, cerita wayang golek Betawi bisa lebih modern dan disesuaikan dengan cerita Betawi.

Ribuan Koleksi

Di sudut rumahnya, ada sebuah ruangan khusus yang menyimpan ribuan koleksi wayang ayahnya. Menurut Ricky, koleksi wayang terbaik yang dimiliki keluarga mereka adalah wayang golek menak Kebumen dari Jawa Tengah tahun 1901.

“Karena banyak orang nggak tahu, di Jawa itu ada juga wayang golek, ini (wayang golek menak Kebun) buatan Mbah Rejo. Ini beda, ini wayang menak, ini wayang purwa. Ini langka, langka sekali, sudah tua,” ungkapnya.

Selain dari Kebumen, ada pula koleksi wayang Singkawang tahun 1920. Wayang tersebut menjadi saksi bisu dari pembatasan kebudayaan China yang pernah terjadi pada era Kepresidenan Soeharto.

Sementara dari Jawa Timur, keluarga Ricky memiliki koleksi wayang krucil atau wayang klitik. Berasal dari kulit asli, wayang tersebut termasuk jenis yang sangat langka. 

Memiliki kedekatan dengan wayang, membuat kecintaan Ricky terhadap seni pertunjukan asli Indonesia ini sama besarnya seperti sang ayah. 

Untuk tetap menjaga eksistensi wayang golek Betawi, Ricky membuat channel Youtube bernama Ricky Dalang Purbaya RDP, untuk mementaskan pertunjukannya secara daring. Ia ingin terus memberikan hidup pada kesenian wayang golek Betawi.

“Seni itu tidak bisa menghidupi kita, tapi kita yang harus menghidup seni, karena tanpa adanya kita, seni itu tidak akan jalan,” katanya.

Menjadi salah satu ragam kesenian Indonesia, wayang golek Betawi patut dilestarikan karena keunikannya sebagai ciri khas budaya yang tak dapat tergantikan. 


Asy Syaffa Nada biasa dipanggil Syafa. Selain suka menulis, dia juga hobi gambar yang lucu-lucu. Kalau mau kenalan atau lihat koleksi gambarnya bisa cek @dudelthings